Konsep-konsep ekonomi islam
tentunya tidak terlepas dari perintah ajaran islam, konsep Ekonomi Islam
mencangkup Segala aturan yang diturunkan Allah SWT, dalam system Islam mengarah
pada tercapainya kebaikan, kesejahteraan, keutamaan, serta menghapuskan
kejahatan, kesengsaraan, dan kerugian pada seluruh ciptaan-Nya. Demikian pula
dalam hal ekonomi, tujuannya adalah membantu manusia mencapai kemenangan di
dunia dan di akhirat.
Produksi adalah sebuah proses yang
telah terlahir di muka bumi ini semenjak manusia menghuni planet ini. Produksi
sangat prinsip bagi kelangsungan hidup dan juga peradaban manusia dan bumi.
Sesungguhnya produksi lahir dan tumbuh dari menyatunya manusia dengan alam.
Produksi, distribusi dan konsumsi
sesungguhnya merupakan satu rangkaian kegiatan ekonomi yang tidak bisa
dipisahkan. Ketiganya memang saling mempengaruhi, namun harus di akui bahwa
produksi merupakan titk pangkal dari kegiatan tersebut. Tidak akan ada
distribusi tanpa produksi. Dari teori makro kita memperoleh informasi, kemajuan
ekonomi pada tingkat individu maupun bangsa lebih dapat di atur dengan tingkat
produktivitasnya, daripada kemewahan konsumtif mereka. Atau dengan kemampuan
ekspornya ketimbang agregat impornya.
Dari sisi pandang konvensional,
biasanya produksi di lihat dari tiga hal, yaitu: apa yang di produksi,
bagaimana memproduksinya, dan untuk siapa barang /jasa diproduksi. Ekonomi
konvensional juga kadang melupakan kemana produksinya mengalir. Sepanjang efesiensi
ekonomi tercapai dengan keuntungan yang memadai, umumnya mereka sudah puas.
Bahwa ternyata produknya hanya dikonsumsi kecil masyarakat kaya, tidaklah
menjadi kerisauan system ekonomi konvensional.
Lalu bagaimanakah islam mengatur
kegiatan produksi kita ini? atau bagaimakah teori produksi islam? atau agaimana
teori produksi ekonomi islam?
oleh karenya saya akan membahas
tentang teori produksi islam, atau teori produksi ekonomi islam.
A. Produksi Dalam Pandangan Islam
Prinsip dasar ekonomi Islam adalah
keyakinan kepada Allah Azza Wa Jalla. Dengan keyakinan akan peran dan
kepemilikan absolute dari Allah, maka konsep produksi dalam Islam tidak
semata-mata bermotif memaksimalkan keuntungan dunia, tetapi lebih penting untuk
memaksimalisasi keuntungan akhirat. Ayat 77 surat Al-Qashash mengingatkan
manusia untuk mencari kesejahteraan akhirat tanpa melupakan urusan dunia.
Artinya urusan dunia adalah sarana untuk memperoleh kesejahteraan akhirat.
Dalam Islam, memproduksi barang atau jasa tidak sesuatu untuk dikonsumsi
sendiri atau dijual kepasar, karena dua motivasi ini masih belum cukup. Islam
menekankan bahwa setiap kegiatan produksi harus mewujudkan fungsi sosial.
B. Prinsip-Prinsip Produksi Dalam
Islam
Al-Quran dan Hadits memberikan
arahan mengenai prinsip-prinsip produksi yaitu:
Tugas manusia sebagai khalifah
dibumi harus memakmurkan bumi dengan ilmu dan amalannya.
Islam selalu mendorong kemajuan
dibidang produksi. menurut Yusuf Qardhawi, Islam membuka lebar penggunaan
metode ilmiah yang didasarkan pada penelitian, eksperimen dan perhitungan.
Teknik berproduksi diserahkan
kepada keahlian manusia karena rasulullah penah bersabda bahwa “kalian lebih
mengetahui urusan dunia kalian”.
Dalam bereksperiman dan
berinovasi pada prinsipnya Islam menyukai kemudahan, menjauhi mudharat dan
memaksimakan manfaat.
Adapun kaidah-kaidah dalam
memproduksi adalah:
Memproduksi barang dan jasa yang
halal pada setiap tahapan produksi.
Mencegah kerusakan di muka bumi.
Produksi dimaksudnkan untuk
memenuhi kebutuhan individu dan masyarakat serta mencapai kemakmuran.
Produksi dalam Islam tidak dapat
dipisahkan dari tujuam kemandirian umat.
Meningkatkan kualitas sumberdaya
manusia baik kualitas spiritual maupun mental dan fisik.
Ayat Al-Qur’an tentang Prinsip
Produksi
Ayat yang berkaitan dengan faktor
produksi Tanah dalam Surat As-Sajdah : 2
Dan apakah mereka tidak
memperhatikan, bahwasanya kami menghalau (awan yang mengandung) air ke bumi
yang tandus, lalu kami tumbuhkan dengan air hujan itu tanaman yang daripadanya
makan hewan ternak mereka dan mereka sendiri. Maka apakah mereka tidak
memperhatikan?
Ayat diatas menjelaskan tentang
tanah yang berfungsi sebagai penyerap air hujan dan akhirnya tumbuh
tanaman-tanaman yang terdiri dari beragam jenis. Tanaman itu dapat dimanfaatkan
manusia sebagai faktor produksi alam, dari tanaman tersebut juga dikonsumsi
oleh hewan ternak yang pada akhirnya juga hewan ternak tersebut
diambil manfaatnya (diproduksi) dengan berbgai bentuk seperti diambil
dagingnya, susunya dan lain sebagaiya yang ada pada hewan ternak tersebut.
Ayat yang berkaitan dengan faktor
produksi Tenaga Kerja dalam Surat Huud : 61
Dan kepada Tsamud (Kami utus)
saudara mereka shaleh. Shaleh berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah,
sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. dia Telah menciptakan kamu dari
bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, Karena itu mohonlah ampunan-Nya,
Kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya)
lagi memperkenankan (doa hamba-Nya)."
Kata kunci dari faktor produksi
tenaga kerja terdapat dalam kata wasta’marakum yang berarti pemakmur. Manusia
sebagai khalifah dimuka bumi ini diharapkan oleh Allah untuk menjadi pemakmur
bumi dalam pemanfaatan tanah dan alam yang ada. Kata pemakmur mengindikasikan
untuk selalu menajdikan alam ini makmur dan tidak menjadi penghabis (aakiliin)
atau perusak alam (faasidiin). Manusia dengan akalnya yang sempurna telah
diperintahkan oleh Allah untuk dpaat terus mengoleh alam ini bagi kesinambungan
alam itu sendiri, dalam hal ini nampaklah segala macam kegiatan produksi amat
bergantung kepada siapa yang memproduksi (subyek) yang diharapkan dpat menjadi
pengolah alam ini menuju kepada kebahagiaan dunia dan akhirat.
Ayat yang berkaitan dengan faktor
produksi Modal dalam Surat Al-Baqarah : 272.
Bukanlah kewajibanmu menjadikan
mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi
taufiq) siapa yang dikehendaki-Nya. dan apa saja harta yang baik yang kamu
nafkahkan (di jalan Allah), Maka pahalanya itu untuk kamu sendiri. dan
janganlah kamu membelanjakan sesuatu melainkan Karena mencari keridhaan Allah.
dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan, niscaya kamu akan diberi
pahalanya dengan cukup sedang kamu sedikitpun tidak akan dianiaya (dirugikan).
Modal sangat penting dalam kegiatan
produksi baik yang bersifat tangible asset maupun intangible asset. Kata apa
saja harta yang baik menunjukkan bahwa manusia diberi modal
yang cukup oleh Allah untuk dapat melakukan kegiatan pemenuhan kebutuhannya
secara materi. Modal dapat pula memberikan makna segala sesuatu yang digunakan
dan tidak habis, untuk diputarkan secara ekonomi dengan harapan dari modal
tersebut menghasilkan hasil yang lebih, dari hasil yang lebih tersebut terus
diputar sampai pada pencapaian keuntungan yang maksimal (profit) dari modal
yang kita miliki yang pada akhirnya tercapailah suatu optimalisasi dari modal
tersebut. Berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu
nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan. Kemudian jika mereka
menyerahkan kepada kamu sebagian dari maskawin itu dengan senang hati, Maka
makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai makanan) yang sedap lagi baik
akibatnya.
Hadits yang berkaitan dengan
prinsip produksi.
HR Bukhari Muslim – “Tidak ada yang
lebih baik dari seseorang yang memakan makanan, kecuali jika makanan itu
diperolehnya dari hasil jerih payahnya sendiri. Jika ada seseorang di antara
kamu mencari kayu bakar, kemudian mengumpulkan kayu itu dan mengikatnya dengan
tali lantas memikulnya di punggungnya, sesungguhnya itu lebih baik ketimbang
meminta-minta kepada orang lain.”
HR Thabrani dan Dailami –
“Sesunggguhnya Allah sangat suka melihat hamba-Nya yang berusaha mencari rezeki
yang halal”
HR Thabrani – “Berusaha mencari
rezeki halal adalah wajib bagi setiap muslim”
Hadit tersebut menjelaskan tentang
prinsip produksi dalam Islam yang berusaha mengolah bahan baku (dalam hal ini
kayu bakar) untuk dapat digunakan untuk penyulut api (kompor pemanas makanan)
dan dari kompor yang dipanaskan oleh kayu bakar ini menghasilkan suatu makanan
yang dapat dikonsumsi. Nampaklah bahwa terjadi siklus produksi dari pemanfaatan
input berupa kayu bakar yang melalui proses sedemikian rupa berupa pemanasan
makanan yang pada akhirnya menghasilkan output berupa makanan yang dapat
dikonsumsi oleh manusia.
C. Nilai-nilai Islam dalam
Berproduksi
Upaya produsen untuk memperoleh
mashlahah yang maksimum dapat terwujud apabila produsen mengaplikasikan
nilai-nilai Islam. Dengan kata lain, seluruh kegiatan produksi terkait pada
tatanan nilai moral dan teknikal yang Islami, sebagaimana dalam kegiatan
konsumsi. Metwally (1992) mengatakan, “perbedaan dari perusahaan-perusahaan non
Islami tak hanya pada tujuannya, tetapi juga pada kebijakan-kebijakan ekonomi
dan strategi pasarnya”.
Nilai-nilai Islam yang relevan
dengan produksi dikembangkan dari tiga nilai utama dalam ekonomi Islam, yatiu:
khalifah, adil, dan takaful. Secara lebih rinci nilai-nilai Islam dalam
produksi meliputi:
1. Berwawasan jangka panjang,
yaitu berorientasi pada tujuan akhirat.
2. Menepati janji dan kontrak,
baik dalam lingkup internal atau eksternal.
3. Memenuhi takaran,
ketepatan, kelugasan, dan kebenaran.
4. Berpegang teguh pada
kedisiplinan dan dinamis.
5. Memuliakan prestasi atau
produktivitas.
6. Mendorong ukhuwah antar
sesama pelaku ekonomi.
7. Menghormati hak milik
induvidu.
8. Mengikuti syarat sah dan
rukun akad atau transaksi.
9. Adil dalam bertrnsaksi.
10. Memiliki wawasan sosial.
11. Menghindari jenis dan
proses produksi yang diharamkan dalam Islam.
Penerapan nilai-nilai Islam di atas
dalam produksi tidak saja akan mendatangkan berkah. Kombinasi keuntungan dan
berkah yang diperoleh oleh produsen merupakan satu mashlahah yang
akan memberi kontribusi bagi tercapainya falah. Dengan cara ini perolehan
kebahagiaan hakiki, yaitu kemuliaan tidak saja di dunia tetapi juga di akhirat.
sekian penjelesan tentang teori
produksi dalam ekonomi islam, atau prinsip produksi dalam ekonomi, islam.
0 komentar:
Posting Komentar